Ada suatu alkisah hiduplah seorang lelaki baik hati, dia berasal dari Jogjakarta. Laki-laki itu hidup merantau ke kota metropolitan Jakarta yg keras lagi sangar. Setiap ada pergaulan, lelaki Jogja ini bergaul dg banyaknya suku bangsa di Indonesia, ada Batak, Aceh, Padang, Palembang, Bengkulu, Lampung, Banten, Betawi, Kalimantan, Ambon, Sunda, Jawa, mereka selalu berbicara frontal serba keras nadanya, entahlah mereka ada saing-saingan demi mendapatkan 1 bintang di hati mereka. Bintang di langit yg susah digapai, bintang yg menjulang tinggi dg merendah hati, bintang yg memang terlihat indah namun susah dimiliki. Mungkin, hanya lelaki baik hati yg bisa menggapai bintang itu. Bintang yg ada kaitan erat dg pekerjaan mereka di kantor. Kita tak pernah tahu yg namanya bintang di langit itu didapatkan erat dari ketulusan hati, dan usaha keras manusia. Entahlah, ada sikut-menyikut apa dalam pergaulan laki-laki Jogja ini, ya..sikut wanita yg konon katanya wanita dan berjodoh itu ada hubungannya dg kenaikan jabatan di kantornya. Ya..jodoh ada hubungannya dg rezeki yg tidak terlihat secara kasat mata. Ada istilah; ''..Setiap pergaulan laki-laki memang keras, karna ada persaingan antara wanita, harta, tahta, dan jabatan. Siapa yg kuat pertahanannya, dia pasti yg menang.''
Lelaki Jogja yg pekerja keras itu memang cerdas, berhati baik, ikhlas, legowo, penuh dg ketulusan. Laki-laki Jogja yg penurut apa kata kedua orang tuanya. Laki-laki Jogja yg terlihat lembek, padahal keras kepala demi pekerjaan yg didapatnya dari merantau keras di Jakarta. Laki-laki tangguh yg berasal dari Jogjakarta. Ada yg lucu dari perjalanan hidupnya, dia bertemu dg kakek2 tua nampak uban di rambutnya. Kakek2 itu menegurnya dg lirih penuh makna.
''Cu, hendak ke mana kamu?.''
''Mencari makan, kek?. Kakek, mau ikut sy ga?.''
''Oh..bolehlah, cu?. Asalkan, tidak memberatkan kamu ya.''
''Ga masalah, kek.''
Mereka berdua asyik bercengkerama di warung makan. Saking, asyiknya mereka sampai lupa waktu di mana mereka berada. Karna, makin lapar, makin asyik topik pembicaraannya. Hingga, akhirnya kakek itu menanyakan sesuatu.
''Cu, umur kamu sudah berapa sekarang?.''
''26 tahun, kek.''
''Oh, sudah menikah?. Mana isterinya, kok ga dibawa jalan-jalan?.''
''Belum beristeri, kek. Lagi cari jodoh. Ya, jodoh ga ke mana.''
''Atuh, diburu jodohnya, dikejar jgn sampai lolos. Jgn menunda-nunda jodoh, ntar jabatannya ga naik-naik jg ketunda jg, karna sering melama-lamai sesuatu hal. Harus diburu, dikejar, dicari, jgn menunggu. Ntar, ga kebagian.''
''Iya, ya kek. Harusnya, sy ga usah mengulur-ngulur waktu ttg jodoh sy. Karna, cinta mati itu harus didapatkan, digenggam erat, ga usah nuntut macam-macam lagi, karna jadi wanita saja sudah susah bila berumah tangga, apalagi melahirkan susah yg tidak bisa diciptakan laki-laki jantan. Oke, kek, sy tetap berusaha mendapatkan terbaik apa kata sy, ga usah dengar apa omongan miring orang lain. Jodoh ga lari ke mana, ya..harus berusaha, manusia menentukan. Hee.''
''Iya, kakek doakan semoga kamu berhasil ya. Ga usah byk mencari lagi. Karna, mendapatkan 1 saja susah, terkadang butuh perjuangan berat. Kamu harus berusaha mendapatkan yg terbaik di sisi Allah, bukan di sisi manusia.''
''Oh, iya kek. Makasih.''
Begitulah percakapan antara kakek dan lelaki Jogjakarta itu. Mereka berhenti mengobrol di warung makan, karna lelaki Jogjakarta itu harus lembur malam hari demi uang dan pekerjaan beratnya. Percakapan yg memang simple namun ada makna yg dalam di balik cerita singkat tadi. Ambil pelajaran dari setiap peristiwa ya. Good luck, and keep move on at the future for the 1 woman, job, and jobdesk.